“Bagaskara Manjer Kawuryan? Siapakah orang yang mencoba bermain-main
denganku menggunakan nama yang semestinya terkubur bersama kematian Ra Tanca?”
Gajah Mada meletupkan rasa penasarannya dalam hati. Sembilan tahun sejak
pemberontakan Ra Kuti, baru diketahui orang yang berada di balik nama itu
adalah Ra Tanca. Setelah Ra Tanca mati, kini tiba-tiba ada orang lain yang
menggunakan nama itu. Pemahaman terhadap kata sandi Bagaskara Manjer Kawuryan
sangat terbatas dan nyaris terkubur oleh waktu yang telah bergerak sembilan
tahun lamanya. Namun, ternyata di luar sana, entah siapa, setidaknya ada orang
yang tahu makna kata sandi itu. Di balik penampilannya yang aneh, menunggang
kuda putih, mengenakan jubah berwarna putih, dan menyembunyikan wajah di balik
topeng, orang itu mengetahui banyak hal, mengetahui adanya kata sandi Bagaskara
Manjer Kawuryan.
*** “Buku ini punya kekuatan yang sangat menjebak, menyajikan permintaan
yang mengejut, Saya berpendapat semua kalangan dari berbagai disiplin ilmu
layak membacanya.” – Prof. Dr. Mulhoto, M.Pd. Guru Besar Sejarah Indonesia UNS
Jayanegara mangkat bukan
dalam peperangan dengan pasukan segelar-sepapan, melainkan pada cicipan
ramuan obat yang ternyata berisi racun di atas pembaringan ketika ia sedang
sakit biasa. Ra Tanca, sang Pembunuh raja yang kebal segala bisa ular yang
meracik obat Jayanegara itu pun tewas bersarung keris Gajahmada di ulu hati.
Dan terkuaklah siapa “Bagaskara Manjer Kawuryan” setelah lenyap terkubur bumi
sejak Ra Kuti madeg kraman sembilan tahun yang silam.
Namun, sang Misterius itu
sudah mati membawa serta segala rahasianya. Dan kini Majapahit dihadapkan pada
persoalan yang pelik. Jayanegara belum menikah dan karenanya tak punya anak.
Apalagi anak laki-laki. Kekuasaan terletak pada dua orang Sekar Kedaton kakak
beradik: Sri Gitarja dan Dyah Wiyat. Keduanya adalah putri biksuni Gayatri,
istri keempat Raden Wijaya, raja Majapahit pertama.
Persoalannya bukan siapa
dari keduanya yang bakal menggantikan raja Majapahit, melainkan justru karena
keduanya sudah memiliki calon suami. Raden Cakradara, calon suami Gitarja, dan
Raden Kudamerta, calon suami Dyah Wiyat. Di belakang masing-masing calon suami
sekar kedaton itu berdiri pihak-pihak yang ingin menguasai kerajaan. Dengan
segala cara, tentu. Dan pernikahan dengan sekar kedaton, bagaimanapun, adalah
pintu gerbangnya.
Itulah setidaknya fenomena
yang berhasil diendus telik-sandi Bhayangkara. Itulah yang kemudian membuat
Gajahmada dengan cukup berani meminta kepada keempat ibu ratu, istri-istri
Raden Wijaya, untuk tidak dulu mengangkat salah satu dari sekar kedaton menggantikan
Jayanegara. Pemerintahan sementara diemban oleh keempat ibu ratu, yang kemudian
memilih biksuni Gayatri untuk memimpin sementara Majapahit. Gajahmada
ingin memastikan bahwa ancaman bahaya di belakang Cakradara dan Kudamerta
benar-benar sudah dibersihkan.
Betapa tidak? Sesaat setelah
Jayanegara mangkat dan belum sempat dikuburkan, beberapa orang terbunuh dalam
semalam. Panji Wiradapa, Lembang Laut, Klabang Gendis, Kinasthen, Arya
Surajaya. Mereka semua adalah prajurit pengawal dan orang dekat Raden Kudamerta.
Bahkan Raden Kudamerta, pada acara pengabuan Jayanegara sempat diserang
seseorang dengan senjata hingga mengenai dadanya. Untungnya ia tak terluka
parah hingga harus menjemput gerbang kematian.
Apakah Cakradara ada di balik pembunuhan berantai ini?
Di sinilah persoalan
kemudian ditelusuri Gajahmada dan para anggota Bhayangkara di bawah senopati
Gajah Enggon. Gajahmada bahkan harus memeriksa Kudamerta, juga Cakradara.
Terkuaklah banyak misteri dan fakta mencengangkan yang selama ini terpendam.
Tentang Jayanegara yang pernah mengganggu Nyai Tanca. Tentang Kudamerta yang
ternyata sudah beristri sebelum menikahi Dyah Wiyat, meski wanita itu mendadak
hilang berikut bayinya di gendongan pada malam pernikahan Kudamerta dengan
sekar kedaton. Tentang terdapatnya lambang buah maja terbelit ular pada setiap
mayat mereka yang terbunuh. Tentang ditemukannya lambang aneh itu oleh prajurit
Bhayangkara di rumah Nyai Tanca; bahkan wanita itu mengaku sebagai yang
memiliki ide penciptaan lambang itu. Tentang adanya gerakan mencurigakan di
Karang Watu yang tersembunyi: latihan perang pasukan segelar-sepapan. Tentang
pengikut Ramapati yang menghilang ketika pejabat culas itu dieksekusi
Jayanegara beberapa tahun lalu, yang disinyalir berada di balik semua peristiwa
ini. Tentang kematian Pakering Suramurda, paman Cakradara, yang juga memiliki
cita-cita untuk menjadikan Cakradara menjadi raja menguasai Majapahit.
Segenap misteri itu harus
diungkap satu demi satu oleh Gajahmada dan para prajuritnya. Dan pada akhirnya,
terkuaklah dalang segala peristiwa itu. Bahwa Panji Rukmamurti yang ternyata
pemimpin pasukan pemberontak di Karang Watu tak lain adalah Nyai Tanca. Bahwa
benar, ternyata Brama Rahbumi, pengikut setia Ramapati, berada di balik
semua ontran-ontran ini. Ternyata orang ini tak lain adalah Panji
Wiradapa alias Rangsang Kumuda, yang melenyapkan dirinya sendiri untuk
meninggalkan kesan alibi mengarah padanya. Semua yang dilakukan Brama Rahbumi
hanyalah untuk mendepak Cakradara dari kemungkinan menjadi raja. Dia ingin mendudukkan
Kudamerta di atas singgasana, yang diyakininya bisa membawa dirinya serta
kembali ke tampuk kekuasaan menjadi Mapatih.
***
Mungkin karena beberpa pertimbangan dan masukan pada buku sebelumnya,
terdapat sedikit perbedaan pada buku yang ke-2 ini. Ada beberpa kelebihan dan
sekaligus kekurangan yang nampak. Pada bagian ke dua ini penulis mampu dengan
gamblang mengungkap beberpa misteri dan menghubungkannya satu demi satu. Tidak
seperti pada gajah mada yang pertama, misteri nya sangat terasa kental dan
benar-benar terasa terjawab di akhir cerita. Kali ini sepertinya penulis mampu
memahami pembaca dengan lebih baik, sehingga pemahaman-pemahan terus bertambah
setiap lembar halaman yang dilewatkan.
Saya salut dengan penulis, bagaimanapun dia mampu membuat sebuah epik
yang begitu menawan dan penuh dengan heroisme dan petualangan, meskipun Gajah
Mada sama sekali tidak melakukan petulangan seperti pada bagian
sebelumnya.
Saya rasa, saya tidak perlu bicara panjang lebar. Buat teman-teman yang
penasaran dengan kisahnya. Silakan download Novel Gajah Mada #2 versi
digitalnya.
Untuk
mendwnload ebook ini, klik “SKIP AD” kemudian klik slow download di bagian
bawah kemudian tunggu beberapa saat untuk donwload!
Comments