Malam yang senyap
menyergap istana Majapahit. Beberapa buah obor telah dinyalakan dan mencoba
menerangi sudut-sudut istana. Beberapa prajurit terlihat berjalan mondar-mandir
di regol dan halaman, beberapa yang lain duduk termangu menatap kabut yang
turun. Di langit, bulan purnama timbul tenggelam seperti berada di wilayah
antara ada dan tiada. Tebalnya kabut akhirnya memberangus gemilang cahayanya menjadi
adukan warna putih yang penuh oleh gumpalan teka-teki tak berjawab, dari mana
asal kabut itu juga sebagai pertanda bakal ada kejadian apa.
Istana Majapahit yang
megah, yang dibangun dengan dinding tebal berbatu berawal dari sebuah desa
bernama Tarik, berada pada garis lurus ke selatan dari Pelabuhan Sungai juga
Benteng Canggu yang terletak di arah selatan pedukuhan Majakerta. Salah satu
pintu gerbangnya yang menjulang gagah disebut Candi Wringin Lawang. Siapa pun
yang mengerjakan penyelesaian puncak pintu gerbang itu atau apabila orang memanjat
tingginya pohon kelapa, dari tempat itu akan tampak beberapa pohon cemara yang
menandai taman makam Antahpura berada, di sana, di tempat yang orang juga
menyebutnya Trowulan terletak sebuah segaran tempat para ratu dan putri istana
membasahi diri dalam acara lelumban.
Kabut yang turun tebal
itu juga menjarah lapangan Bubat. Kabut juga dengan kejam membungkus wilayah di
luar batas dinding kotaraja. Para prajurit bersiaga penuh. Ke sudut-sudut
istana, Gajahmada yang berpangkat bekel, tetapi memegang kendali penuh atas
pasukan kawal istana yang memiliki nama menggetarkan, Bhayangkara menyebar segenap
prajuritnya untuk berada dalam kesiagaan tertinggi. Prajurit yang menjadi
bagian dari pasukan khusus dengan derajat kemampuan melebihi prajurit dari
kesatuan yang lain benar-benar prajurit yang terlatih, trengginas dalam bertindak,
cukat terampil dalam mengambil langkah. Kabut itu terbawa angin
deras. Angin deras menyebabkan kabut menghilang, tetapi muncul lagi karena hawa
dingin yang menggigit tulang. Angin deras yang membawa udara dingin menggigit
itu pula yang menyebabkan para istri dengan ketat memeluk suaminya, atau anak yang
menyusup mencari perlindungan di balik dekapan ibunya. Para orang tua yang
menganggap yang terjadi itu sebagai sebuah keganjilan segera keluar untuk
mencermati.
”Apa yang terjadi ini
seperti pengulangan atas apa yang pernah terjadi pada masa silam. Sehari
menjelang perang besar yang terjadi antara Tumapel di bawah kendali Ken Arok
melawan Kediri di bawah Kertajaya, terjadi keganjilan seperti ini. Kabut tebal
dan badai melintas di malam saat langit sedang berhias kemukus, seolah menjadi
pertanda khusus akan adanya perang yang meminta banyak korban,” berkata Ki Wongso
Banar.
”Bukan hanya perang
atas Tumapel dan Kediri,” tambah Ki Dipo Rumi, ”tetapi juga di malam menjelang
kehancuran Singasari yang digempur Jayakatwang, kabut tebal menyergap kotaraja
Singasari dengan amat pekatnya. Ditandai kemunculan angin deras, pertempuran
yang sangat berdarah terjadi di kotaraja Singasari. Kertanegara yang tidak dikelilingi
prajuritnya karena dikirim ke Pamalayu digempur Jayakatwang. Kertanegara
pralaya.”
Inilah pertanda alam
yang menandai dimulainya pemberontakan
yang akan dilakukan oleh para Rakrian Dharmaputra Winehsuka yang dipimpin oleh
Ra Kuti. Rakrian Dharmaputra Winehsuka yang hanya beranggotakan 7 rakrian
berhasil menghasut 2 pasukan utama yang dimiliki oleh Kerajaan Majapahit, yaitu
pasukan Jalayuda dan pasukan Jala Rananggana, sementara satu pasukan lainya
tetap dengan pendiriannya untuk selalu mendukung Majapahit. Rencana penyerangan
yang dilakukan oleh para Rakrian Rakrian Dharmaputra Winehsuka akan dilakukan
pagi-pagi buta dengan menggunakan Bende Kiai Samudra, yang merupakan gendering
pereang yang dipercaya sebagai symbol kemenangan oleh Majapahit. Beruntung
Gajah Mada berhasil mengendus rencana para Rakrian Dharmaputra Winehsuka ini,
sehingga prajurit yang ketika itu masih menjabat sebagai bekel dari pasukan bhayangkara ini bisa menyiagakan dan
menyusun rencana untuk menggagalkan serangkan.
Berbagai trik dan
intrikpun mulaai dimankan oleh gajah mada, yang didukung oleh pasukan bhayangkara, sehingga serangan yang
awalnya benar-benar mematikan bisa diredam. Akan tetapi besarnya serangan yang
dilakukan oleh pasukan Jalayuda dan pasukan Jala Rananggana menyebabkan pasukan
Jalapati tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga kerajaan Majapahit jatuh ke
tangan Rakrian Dharmaputra Winehsuka yang dipimpin oleh Ra Kuti. Ra Kuti tidak
puas hanya dengan memenangkan peperangan, dia berniat menggantung Raja
Majapahit, Jayanegara di alun-alun istana kerajaan, sebagai bukti bahwa
kerajaan mutlak menjadi kekuasaan Ra Kuti.
Dengan kecerdikan Bekel
Gajah Mada didukung oleh pasukan khusus pelindung keluarga kerajaan, bhayangkara, Jayanegara berhasil kabur
dari kota raja untuk diungsikan ke suatu tempat untuk menghindari kejaran
pasukan Ra Kuti. Persoalannya tidak selesai sampai disini, karena ternyata di
tubuh pasukan bhayangkara terdapat
mata-mata yang selalu memberikan informasi khusus tentang keberadaan
Jayanegara, disinilah strategi, kecerdasan, dan berbagai intrik dimainkan.
Sungguh merupakan
petualangan yang sangat menakjubkan, bagaimana kita dibawa dalam sebuah
petualangan sejarah yang sarat dengan trik dan permainan pikiran. Inilah salah
satu bacaaan yang wajib dibaca untuk memuasakan fantasi berpetualang dengan
latar belakang sejarah yang penuh dengan heroisme. Untuk teman-teman yang
tertarik dengan novel sejarah seperti ini, saya rasa Novel Gajah Mada ini layak
untuk dibaca untuk memuasakan fantasi berpetualang anda.
Download E-book :
Gajah Mada
Untuk mendwnload ebook ini, klik “SKIP AD” kemudian klik slow download di bagian bawah kemudian tunggu beberapa saat untuk donwload!
Gajah Mada
Untuk mendwnload ebook ini, klik “SKIP AD” kemudian klik slow download di bagian bawah kemudian tunggu beberapa saat untuk donwload!
Comments