Selama ini jam tidur yang tidak memadai atau kualitas tidur yang buruk
seringkali dikaitkan dengan rendahnya kondisi kesehatan atau penurunan performa
kerja pada orang dewasa. Tapi baru-baru ini sebuah studi mengungkap bahwa
kondisi serupa juga bisa dialami oleh anak-anak.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (26/2/2013), tim peneliti
dari University of Tuebingen, Jerman, mengungkapkan bahwa anak yang memiliki
jam tidur yang cukup memiliki daya ingat yang tinggi, termasuk performa
akademis yang baik di sekolah. Bagaimana bisa?
Dalam sebuah studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature
Neuroscience, diungkapkan bahwa anak-anak diketahui mampu melakukan proses
pembelajaran secara lebih baik karena seorang anak dapat mengubah wawasan yang
bersifat 'implisit' menjadi 'eksplisit' secara lebih efektif.
Wawasan eksplisit adalah informasi yang tersimpan di dalam pikiran
sedangkan wawasan implisit merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu meski
tak pernah mengetahui bagaimana caranya atau belajar sebelumnya (pengalaman).
Implisit sebenarnya dapat diubah menjadi eksplisit dan begitu juga sebaliknya
namun efek tidur terhadap daya ingat seseorang belum pernah dipelajari secara
ekstensif sebelumnya, terutama pada anak-anak.
Untuk itu ketua tim peneliti, Dr. Jan Born dan rekan-rekannya melatih 28
anak-anak dan orang dewasa untuk menekan tombol-tombol yang terletak pada
sebuah panel dalam urutan tertentu menggunakan metode trial and error. Kemudian
setelah tidur semalaman, partisipan diminta untuk mengingat-ingat kembali
urutan tombol-tombol yang harus ditekan. Dari situ diketahui bahwa performa
partisipan anak saat melakukan tes daya ingat ini jauh lebih baik daripada
orang dewasa.
Usut punya usut hal ini ada kaitannya dengan tahapan terdalam pada tidur
yang ditandai adanya pola otak yang disebut slow wave activity, gelombang listrik
yang berseliweran ke penjuru otak dan biasanya terjadi satu kali dalam satu
detik atau 1.000 kali dalam semalam. Slow wave activity telah lama dipercaya
berkontribusi terhadap pengembalian mood dan sumber kemampuan belajar, berpikir
dan mengingat sesuatu pada manusia.
Dari studi peneliti menemukan bahwa anak-anak memiliki slow wave activity
yang lebih lambat, artinya performa memori eksplisitnya juga lebih baik
ketimbang orang dewasa.
"Meskipun manfaat tidur terhadap daya ingat anak telah terbukti namun
sebenarnya efeknya tak lebih besar bila dibandingkan dengan yang terjadi pada
orang dewasa. Hanya saja jika sebelum tidur dilakukan pelatihan gerakan motorik
berurutan (seperti dalam studi) maka anak-anak akan memperoleh keuntungan yang
lebih besar dalam memaparkan wawasan eksplisit dari pelatihannya semalam
setelah tidur," terang Dr. Born.
"Anak-anak cenderung memiliki wawasan eksplisit yang lebih besar
karena slow wave activity-nya yang lebih tinggi dan aktivasi hippocampal
(bagian terbesar otak) yang lebih kuat terhadap pemulihan wawasan
eksplisit," tambahnya.
Dengan kata lain studi ini mengindikasikan bahwa keunggulan anak-anak dalam
mengekstrak berbagai fitur dari lingkungan yang kompleks bisa jadi merupakan
hasil dari peningkatan pemrosesan kualitas representasi memori di dalam
hippocampal saat tidur, terutama saat mencapai tahapan slow-wave. Tentu saja
hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi anak-anak yang jam tidurnya
memadai atau kualitas tidurnya lebih baik.
Comments